Minggu, 19 April 2009

Renungan untuk Hari Ibu (International)



Selama 9 bulan seorang Ibu mengandung anaknya
Selama 17 tahun seorang Ibu membesarkan anaknya
Selama seumur hidup seorang Ibu senantiasa mendoakan anaknya
Teman, pernahkan terpikirkan oleh kita penderitaan yang dialami oleh seorang Ibu demi buah hatinya. Ketika sedang berada di dalam kandungan, Ibu senantiasa menjaga kita dengan penuh hati-hati, menjaga setiap nutrisi yang masuk agar kelak kita tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan cerdas. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, maka berat kandungan juga semakin bertambah. Tentunya ini akan mengakibatkan aktivitas sang Ibu menjadi terganggu, tetapi sang Ibu tidak pernah mengeluh.
Ketika akan melahirkan kita, seorang Ibu harus berjuang antara hidup dan mati mempertaruhkan nyawanya. Menahan rasa sakit dan melawan rasa takut demi kehadiran buah cintanya ke dunia ini. Jika kita pernah melihat proses persalinan (tentunya secara normal, bukan caesar) maka akan terasa betapa menyakitkan dan menakutkan, tetapi sang Ibu tidak pernah mengeluh.
Ketika kita masih bayi, sang Ibu senantiasa menjaga kita dari pagi hingga kembali pagi. Tidak sedikitpun perhatian sang Ibu terlepas dari bayinya, meskipun sang Ibu harus mengorbankan waktu tidurnya karena anak bayinya yang kerap kali menangis dikala lapar. Karena rasa lelah selama menjaga bayinya menyebabkan pudarnya kecantikan sang Ibu, tetapi Ibu rela dan tidak pernah mengeluh.
Ketika kita memasuki usia balita hingga menuju remaja, Ibu senantiasa memberikan yang tebaik bagi anaknya. Tidak peduli bila dirinya kekurangan, yang penting anaknya harus mendapatkan yang terbaik. Pada masa ini sang Ibu harus menghadapi berbagai tingkah polah dan kenakalan anaknya mis. malas sekolah, bertengkar dengan anak tetangga, dan berbagai kenakalan lainnya. Tidak jarang sang Ibu harus mengalami rasa sedih karena ulah anaknya, tetapi sang Ibu tidak pernah mengeluh.
Ketika kita memasuki usia remaja, sang Ibu senantiasa mengkhawatirkan anaknya karena pada masa ini anaknya sedang mengalami masa pencarian identitas diri sehingga apabila salah di dalam pergaulan maka akan mencelakakan anaknya. Pada masa remaja ini, jiwa seorang anak sedang labil sehingga mudah terpengaruh pergaulan dan lingkungan. Karena itu, seorang Ibu tidak henti-hentinya membimbing anaknya agar senantiasa berjalan di jalur yang benar walaupun kadang kala mendapatkan perlawanan dari anaknya karena menganggap ideologinya berbeda. "Mama kolot, sekarang tidak zamannya lagi. Begini, begitu, begini, begitu, blablablabla...", kalimat itu juga sering terlontar dari mulut anaknya tanpa pernah memikirkan perasaan dan kekhawatiran Ibunya. Tetapi sang Ibu tetap setia untuk membimbing anaknya dan tidak pernah mengeluh.
Ketika anaknya sudah menginjak masa dewasa, sang Ibu mulai mengkhawatirkan anaknya termasuk mengkhawatirkan pasangan hidup anaknya kelak. Apakah anaknya mengalami kesulitan dalam hidup, apakah anaknya akan mendapatkan istri yang baik, apakah anaknya baik-baik saja di luar sana, dan lain sebagainya. Segala masalah yang dihadapi oleh anaknya akan turut menjadi beban pikiran bagi sang Ibu, tetapi sang Ibu tidak pernah mengeluh.
Ketika anaknya sudah berkeluarga dan memiliki anak, maka sang Ibu kembali direpotkan karena harus ikut menjaga cucunya karena anak dan menantunya bekerja (zaman sekarang wanita lebih suka berkarier daripada diam di rumah). Pada masa ini juga seorang Ibu senantiasa merasa kesepian karena perhatian anaknya lebih tercurah pada keluarga yang telah dibina, belum lagi jika anaknya durhaka atau menantunya tidak baik. Rasa sakit yang dialami sang Ibu akan menjadi semakin perih dan menyayat kalbu. Tetapi sang Ibu tetap saja tidak pernah mengeluh dan senantiasa berdoa demi keselamatan dan kebahagiaan anaknya.
Sobat, coba renungkan sejenak..
Hingga saat ini apa yang telah Anda berikan kepada Ibu Anda untuk membalas budi jasanya ?(meskipun Ibu tidak pernah mengharapkan balasan apapun dari anaknya)
Pernahkah Anda memikirkan penderitaan yang dialami oleh Ibu selama Anda masih berada di dalam kandungan hingga saat ini ?
Pernahkah Anda menyertakan kebahagiaan, kesehatan dan umur yang panjang bagi Ibu di dalam setiap doa Anda ? Bagus kalau Anda pernah melakukannya, tetapi berapakah rasionya jika dibandingkan doa untuk diri Anda sendiri ?
Sobat, dalam beberapa hari ke depan kita akan merayakan Mother's Day. Jadikanlah artikel ini sebagai renungan untuk diri kita masing - masing.
Ingat, surga ada di telapak kaki Ibu dan seorang Ibu tidak akan pernah berhenti berdoa bagi anaknya hingga nafas terakhir.

HAPPY MOTHER'S DAY

Sabtu, 18 April 2009

W-A-N-I-T-A (my big mystery)

Apa yang pertama kali anda bayangkan saat membaca ataupun mendengar kata "WANITA" ?
Indah ? Anggun ? Cantik ? Menawan ?
Boleh, bisa saja . . dan mungkin sebagian dari Anda akan membayangkan dari sisi sensualitas juga. Tak masalah, itu sah-sah saja karena merupakan pendapat anda yang tidak boleh saya interupsi.
Lalu apa yang anda bayangkan ketika pertama kali membaca judul di atas ?
Penasaran ? Tentu saja . . .

     Bagaimana jika saya mengatakan bahwa wanita adalah makhluk yang tampak indah pada bagian luarnya tetapi sangat rumit dan rapuh di dalamnya ? Ada yang complain ? Boleh-boleh saja, itu wajar karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda dan saya menghargai itu
(but hey ! Ini adalah blog saya dan juga merupakan sarana pribadi saya untuk menumpahkan segala uneg" maupun pemikiran saya seperti yang telah saya postingkan pada blog Introduce. Jadi apapun pendapat saya di sini adalah merupakan bagian dari pemikiran dan uneg" saya yang juga tidak boleh diinterupsi)

Mengapa saya mendefinisikan wanita seperti yang demikian ?
Karena dari hari Sabtu kemarin hingga hari ini (mungkin besok & beberapa hari ke depan juga) saya mengalami masalah dengan wanita, lebih tepatnya dengan perasaan wanita dan wanita itu tak lain dan tak bukan adalah (edited for privacy.red)

     Sampai hari ini saya tidak mengerti mengapa wanita lebih memilih untuk menyimpan masalah daripada merundingkannya bersama, padahal saya juga sebagai orang yang ikut terlibat dan memiliki andil dalam masalah ini. Memang sih ini masalah antar individual 2 insan yang cukup kompleks. Jika ada kata bijak yang berbunyi "Janganlah pernah menebak isi hati (perasaan) Wanita, tetapi langsung tanyakan saja. Karena isi hati Wanita lebih dalam dari samudera yang terdalam dan juga menyesatkan bagai labirin", lantas mengapa para Wanita lebih suka menyembunyikan perasaannya dan mengharapkan agar pria bisa menebak isi hatinya ?

     Ok . . , Ok . . , wanita memang makhluk introvert yang tidak bisa dengan gamblangnya mengekspresikan isi hati / perasaannya dibandingkan dengan pria yang bisa dengan gampangnya mengekspresikan diri.
Berpegang pada kata bijak di atas, saya telah mencoba untuk menanyakan isi hatinya secara langsung tetapi wanita tersebut enggan untuk memberikan jawaban. Pretending everything is under control, tetapi meskipun demikian raut wajahnya telah mengirimkan impulse sinyal yang dapat dengan mudahnya ditangkap oleh saya. Saya tahu masalahnya mempunyai kaitan dengan diri saya, maka demi meringankan bebannya saya mencoba untuk menebak isi hatinya. Tetapi sayang . . . , saya gagal . . . . , saya tidak berhasil menjangkau isi hatinya, malah menginjak ranjau yang tersebar disekitar isi hati tersebut. Alhasil dia menjadi ngambek, BT, dan mungkin menjadi benci kepada diri saya hingga hari ini.

     Jika dia memang tidak menghendaki saya untuk menebak isi hatinya mengapa harus mengirimkan impulse sinyal kepada saya dan berharap agar saya bisa menebaknya ?
Sebaliknya jika dia memang menghendaki agar saya mengetahui isi hatinya mengapa dia tidak langsung saja mengungkapkannya secara pribadi kepada saya?
Lantas saat saya gagal menebaknya, mengapa dia harus merasa BT & ngambek?

     Saya benar-benar tidak bisa mengerti pola pikir seorang wanita. Dari luarnya dengan mudah kita bisa menilai seorang wanita tetapi dari bagian dalamnya jangan pernah Anda coba jika Anda tidak memiliki kemampuan untuk itu atau Anda akan berakhir dengan kondisi yang sama dengan saya.

"Women is really my BIG MYSTERY"