Minggu, 16 Agustus 2009

Intuisi untuk Tim Tari


Pertama-tama perkenankanlah saya untuk memperkenalkan diri.
Nama saya Chandra dari Tim Qing Shan, atau lebih dikenal dengan nama CaBe
Kenapa CaBe? Silahkan cari tahu sendiri di dalam tim hehehe

Saya bergabung di dalam tim sejak tahun 2005 dimana pada saat itu ada pengumuman mengenai audisi peserta tim yang akan mewakili Pekanbaru untuk tampil di Festival Seni dan Budaya di Maha Vihara Duta Maitreya, Batam dan xxLMcb, saya terpilih untuk menjadi bagian dari tim tersebut, dan tim inilah yang dikemudian hari menjadi cikal bakal terbentuknya beberapa tim yang baru seperti sekarang ini.

Pada saat itu di dalam tim hanya beranggotakan 18 personil, 9 cowok & 9 cewek, dan seiring berjalannya waktu hingga saat ini telah terbentuk 4 tim dengan jumlah anggota yang tidak kurang dari 70 personil, dimana para anggotanya berasal dari berbagai latar belakang, ada yang berasal dari pelajar mahasiswa, pekerja, dan juga ada yang berasal dari abdi vihara.

Sebelum bergabung dengan tim, saya adalah tipikal orang yang individualis dan perfeksionis. Saya melakukan dan menyelesaikan segala sesuatu sendirian meskipun di sekeliling saya banyak teman yang bisa ikut membantu kalau dimintai pertolongan. Seringkali saya tidak menganggapi apa yang terjadi di sekitar saya selama itu tidak berhubungan dengan diri saya, kalaupun ada itu cuma ala kadarnya. Bahasa gaulnya sih Gaya Cuex Beibeh. Hehehe
Karena sikap individual yang didukung oleh tipe perfeksionis inilah maka saya berusaha mempelajari segala hal dan segala keterampilan agar saya dapat melakukan dan mengatasi masalah saya sendirian, dan sikap ini juga yang menantang saya saat pertama kali saya membaca pengumuman audisi anggota tim tari tersebut.

Saya mendapat begitu banyak pelajaran yang berharga di dalam tim, dan saya juga merasakan banyak perubahan yang terjadi pada diri saya mulai dari rasa tanggung jawab, rasa peduli terhadap sesama, team work, kepercayaan diri, keceriaan, serta keberanian untuk mengekspresikan diri. Tetapi dari semua itu, pelajaran yang paling berharga yang saya dapatkan di dalam tim adalah mengenai kecintaan terhadap alam semesta, karena di dalam tarian tidak hanya menampilkan gerak tari yang memukau saja melainkan lirik dari lagu yang mengandung pesan-pesan cinta alam.


Banyak kenangan indah yang saya dapatkan sejak mulai bergabung di dalam tim hingga saat ini. Tidak ada engkau, aku dan dia di dalam tim, semuanya adalah satu kesatuan ibarat saudara kandung, kami berjuang bersama, menangis dan tertawa dalam kebersamaan., kami saling mendukung satu sama lain, saling membesarkan hati masing-masing, segala keberhasilan dan kegagalan kami rasakan bersama. Keringat, darah, dan air mata telah kami curahkan selama proses pembelajaran ini yang kelak akan menjadi kenangan yang sangat pantas untuk dikenang hingga akhir hayat. Sungguh sebuah kenangan yang teramat indah, yang sulit diungkapkan dalam kata-kata.

Semua perjuangan ini kami lakukan dan kami jalani hanya untuk satu tujuan yaitu membesarkan tim yang akan menjalankan misi Buddha Maitreya, membawakan pesan kasih semesta kepada masyarakat luas demi terwujudnya Bumi Suci Sukhavati.

Selama di dalam tim, kami mendapatkan banyak bimbingan, pengarahan, dan masukan yang berharga dari para Pandita, para Fo Yuan, baik yang berasal dari Pekanbaru sendiri ataupun yang berasal dari luar daerah. Para Pandita dan para Fo Yuan senantiasa berwelas asih memberikan pencerahan kepada kami agar menjadi lebih bijaksana.

Sejenak kita melihat pergaulan muda –mudi sekarang ini sangatlah tidak sehat dan sudah berada dalam taraf degradasi moral. Narkoba, minuman keras, dan gaya hidup bebas sudah mulai mencemari generasi muda sekarang ini sehingga tidak lagi menjunjung tinggi moral, etika dan nilai-nilai kehidupan. Seperti inikah generasi baru yang diharapkan oleh dunia? Sebuah generasi yang lebih memilih hura-hura dan kenikmatan duniawi yang sesaat dan pada akhirnya menyesal seumur hidup dibandingkan dengan menghasilkan prestasi dan kreasi yang akan dikenang selamanya.

Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri dan merupakan masa yang paling rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Jika bergaul di lingkungan yang baik maka ia akan tumbuh menjadi orang yang baik, sedangkan jika bergaul di lingkungan yang tidak sehat maka ia akan tumbuh menjadi orang yang tidak baik. Hal ini juga menjadi salah satu landasan pemikiran dalam mendirikan tim tari. Daripada muda-mudi terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat seperti pergi ke Diskotik dan akhirnya terjerumus ke dalam narkoba lebih baik ikut tim tari di Vihara. Selain bisa mengekspresikan kreativitas melalui tarian, kita juga senantiasa dibimbing sehingga tetap berada di jalan yang benar.

Tarian yang dibawakan di dalam tim bukanlah hanya berfungsi sebagai ajang untuk hura-hura atau menghabiskan waktu, tetapi tarian ini adalah tarian yang membawakan kabar sukacita Maitreya bagi semua penonton. Tarian ini benar-benar diberkati oleh Buddha Maitreya, jadi tarian ini tidak sama dengan tarian-tarian yang ada diluar sana. Saya membuktikan sendiri berkat dari Lau Mu dan Buddha Maitreya di dalam tim tari.

Ketika itu hari Selasa tanggal 12 Agustus tahun 2008 saat kami semua sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk menghadapi Festival INLA yang diselenggarakan di Medan, saya mendapat kabar dari kantor bahwa minggu depan akan ada kunjungan dari pimpinan kantor pusat ke Pekanbaru yang berarti bahwa mereka akan datang antara tanggal 18 – 23 Agustus 2008. Tentu kabar ini membuat saya kaget karena pada tanggal 17 Agustus saya akan berangkat bersama tim ke Medan hingga tanggal 24 Agustus, sedangkan pada tanggal 19 ada acara peresmian Maha Vihara dan pada tanggal 20&21 ada acara Festival INLA. Dengan demikian berarti jadwal kunjungan pimpinan kantor pusat berbentrokan dengan jadwal saya ke Medan, sedangkan tujuan pimpinan kantor pusat ke Pekanbaru adalah untuk melakukan survei bersama saya. Apa yang terjadi saat beliau tiba di Pekanbaru tetapi saya tidak berada di tempat? “Wah, bisa berabe nih” pikir saya. Jika pimpinan kantor pusat mengatakan akan datang pada minggu depan berarti beliau pasti akan datang pada minggu depan. Jadwal kerjanya sudah ter-schedule.

Selama beberapa hari pikiran saya terbebani oleh jadwal kedatangannya, makan tak enak, tidur tak nyenyak. Akhirnya saya pasrahkan diri saya kepada pengaturan Lau Mu dan Buddha Maitreya. Setiap malam saya bersujud memohon petunjuk dan pengaturan dari Lau Mu dan Buddha Maitreya agar memberkati langkah saya karena saya akan menjalankan misi suciNya. Hari yang ditentukan telah tiba, saya bersama tim berangkat ke Medan dengan penuh jiwa yang pasrah pada pengaturanNya. Istilahnya, apa yang terjadi, terjadilah. Saya siap menerima semua pengaturanNya. Semua aktivitas di Medan berjalan dengan lancar, dan pada tanggal 22, saat seluruh anggota tim INLA berwisata ke Parapat, saya menerima telepon dari kantor yang mengatakan bahwa pimpinan pusat tidak jadi datang ke Pekanbaru & diganti menjadi minggu depannya lagi. Wah, saat itu saya langsung mengucap syukur terima kasih kepada Lau Mu & Buddha Maitreya. Tanpa pengaturanNya tidak mungkin mukzizat seperti ini bisa terjadi. Dari kejadian tersebut saya semakin yakin bahwa tarian ini bukanlah sembarang tarian melainkan memang diberkati oleh Buddha Maitreya karena kita membawa misiNya.

Demikianlah intuisi dari saya, dan saya memiliki pesan untuk teman-teman semua. Bukalah mata lebar-lebar di dalam pergaulan, pandai-pandailah membawa diri sehingga tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif yang akan mengakibatkan penyesalan dikemudian hari. Kami juga membuka pintu lebar-lebar bagi teman-teman yang berminat untuk bergabung ke dalam tim tari. Bersama-sama mewartakan kabar sukacita Maitreya melalui tim yang solid.

Xie Xie Che Bei