Dikarenakan bencana musim dingin berat
berturut-turut selama tiga tahun, banyak keluarga yang mengalami kesulitan dan
kekurangan persediaan kebutuhan hidup. Di suatu malam musim dingin, saya
terusik bangun oleh bunyi "cit-cit". Begitu kunyalakan lampu, ternyata
seekor tikus terkurung dalam guci besar, ia tak mampu memanjat keluar. “Beras dalam guci sudah hampir habis, tikus
datang memakannya lagi” gumamku, hal membuat saya naik pitam. Kuambil
sebuah tongkat, rasanya ingin memukulnya sampai babak belur. Eeh... ketika saya
mulai mengayunkan tongkat, tikus
tersebut langsung berdiri dengan kedua kaki belakangnya, sedangkan kedua kaki
depannya disatukan seolah-olah melakukan gerakkan memohon ampunan.
Spontan hatiku pun terenyuh melihatnya,
kemudian kuletakkan tongkat ke dalam guci, ia pun segera memanjat keluar
melalui tongkat tersebut dan bergegas menyembunyikan diri di tengah kegelapan
malam. Sebelum tikus tersebut pergi, ia mengulang gerakkan tadi dengan kedua
kaki depannya sebanyak 3 kali ke arahku, seolah-olah menyampaikan terima kasih
yang sedalam-dalamnya. Sejak saat itu, ia sering kembali ke rumah kami dan
menjadi teman main bagi anak-anakku.
Pada suatu malam, cuaca cukup
menggerahkan, dengan susah payah saya mulai masuk ke alam mimpi, tetapi mendadak
kurasakan sakit di ujung kaki. Ternyata ada bekas gigitan dan ada bercak darah.
Bersamaan dengan itui, kudengar suara rintihan putriku, wajahnya juga terdapat
bercak darah dan tak jauh darinya sang tikus berpekik keras. Pikiranku menjadi
kacau dan naik darah, segera saja kuraih sapu dan memukul ke arahnya, tetapi
berhasil dielak oleh tikus tersebut. Sejenak kemudian, suami dan putraku datang
dan menyerangnya bersamaan. Mendadak ia kabur dan nyelinap lewat lubang dinding
keluar dari rumah, tapi tetap berpekik-pekik di sana, seolah-olah mengejek
kami. Saya menjadi semakin emosi, kubanting daun pintu dan mengejarnya keluar.
Sekian menit kemudian, ternyata kami sudah
sangat jauh mengejarnya, meliuk-liuk di jalan besar dan gang sempit, akhirnya
kami berhenti di bawah pohon pada sebuah lapangan berumput. Kami pasrah. Sang
tikus memanjat ke atas pohon sambil memandang ke bawah. Kami merasa letih, dan
ia pun terlihat kelelahan. Tak lama kemudian, bumi terasa berguncang hebat,
bangunan-bangunan terlihat mengepulkan asap, ternyata terjadi gempa bumi yang
dahsyat. Bangunan perumahan dan perkantoran yang dibangun dengan susah payah,
hancur-lebur hanya dalam waktu sekian detik, suara jeritan dan tangisan
membahana di mana-mana. Peristiwa ini dalam sejarah dikenal sebagai gempa bumi
Tangshan-Hebei (28 July 1976), yang berjarak 160 km dari Beijing-China.
Karena pusat gempa berada di tengah-tengah
kota,sehingga menelan banyak korban jiwa. Menurut pencatatan, sebanyak 227.690
yang meninggal, 164.851 orang yang luka berat dan ringan. Kami sekeluarga
sangat berterima kasih kepada sang tikus, yang dengan sengaja mengigit kami,
lalu memancing kami keluar dari rumah menuju lapangan rumput yang luas,
sehingga nyawa kami terselamatkan dari bencana gempa tersebut.